MAKALAH
ELEKTRONIKA
DASAR II
“PENGUAT GANDENGAN DC”
DISUSUN
OLEH :
OLEH :
Susi Sudirman : A 241 11 030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunianya bahwa tim
penulis telah menyelesaikan penulisan makalah ini.berbagai upaya telah
dilakukan dalam penyelesaian makalah ini demi proses kelancaran belajar dan
pembelajaran.
Tujuan utama dalam penulisan makalah
ini yaitu untuk membangkitkan apresiasi para mahasiswa terhadap berbagai konsep dan penyelesaian
tentang masalah elektronika dan penerapannya dalam kehidupan sehari
hari.makalah ini pula disajikan dalam proses pendekatan pembelajaran secara
kontekstual agar mahasiswa juga mampu membuat peralatan elektronika dengan
berbagai konsep dan cara yang telah di terapkan pada pembelajaran elektronika
sebelumnya.
Kedua kalinya penulis mengucapkan
terima kasih kepada Drs.H.Muhammad Ali, M.Si. selaku dosen matakuliah
Elektronika Dasar II yang telah memberikan banyak bimbingan pada mata kuliah
ini.selanjutnya kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan masukan dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sangat berharap bahwa makalah
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca terutama kami sebagai penulis.Kritik
dan saran akan selalu diterima dengan terbuka demi kelancaran penulisan makalah
selanjutnya.
Palu, 18 Februari 2014
PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam praktek sering
kali kita harus menghubungkan suatu penguat dengan suatu sumber, dengan penguat
lain, atau dengan beban secara langsung. Ini perlu dilakukan bila isyarat
berupa arus DC atau tegangan bolak balik dengan frekuensi amat rendah.
Dalam banyak hal kita
perlu menghubungkan satu transistor dengan transistor yang lain secara langsung
yaitu apabila diinginkan penguatan arus yang besar untuk isyarat DC maupun AC.
Selain itu, penggandengan langsung antara dua transistor juga dilakukan untuk
membuat rangkaian lebih sederhana, ringkas, dan mempunyai titik operasi yang
lebih mantap, yaitu tidak mudah berubah.
Dalam makalah ini mula-mula akan dibahas mengenai
penguat gandengan DC yang
biasa, yaitu kolektor transistor pertama dihubungkan dengan basis transistor
kedua. Kemudian hubungan Darlington, yaitu emitor transistor pertama masuk
basis transistor kedua, hubungan npn-pnp, penguat differensial, serta penguat
kaskoda.
B.
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah penguat gandengan DC ini adalah:
1.
Mengetahui
pengertian penguat gandengan DC
2.
Mengetahui
pengaruh tegangan panjar terhadap transistor
.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penguat
dengan dua transistor dihubungkan langsung
Gambar dibawah ini
menunjukkan dua transistor npn yang digandengkan langsung secara biasa, diamana kolektor
transistor pertama dihubungkan dengan basis transistor kedua. Agar penguat
bekerja dengan baik, yaitu mampu menghasilkan isyarat keluaran yang besar tanpa
cacat, titik-q haruslah ditengah garis beban. Penguat dengan tegangan panjar
seperti ini disebut penguat
kelas-A.
Karena
kedua transistor berhubungan langsung,
yaitu tanpa kapasitor penyekat DC, maka tegangan panjar pada satu transistor
akan mempengaruhi tegangan panjar transistor yang lain. Agar transistor Q2
mendapat tegangan panjar kelas A, yaitu dengan titik kerja di tengah garis
beban , maka VCE(q) untuk Q2 haruslah sama dengan 10 V,
sehingga emitor Q2 mempunyai tegangan 10 V terhadap tanah. Oleh
karena RE3 = 1 KΩ, maka IE(q) untuk transistor Q2 haruslah sama dengan 10 mA. Informasi ini
diperlukan untuk menghitung hie2.
Oleh karena kolektor Q1 berbeda satu VBE diatas emitor Q2
maka tegangan kolektor Q1 haruslah kira-kira 10.6 V. selanjutnya ini berarti
Dan tegangan emitor transistor Q1 haruslah
pada (RE1+RE2)IC1 (q)=0.5 V terhadap
tanah. Kemudian tegangan basis Q1
haruslah pada tegangan VB= VE + VBE =0.5
+0.^%= 1.15 V. nilai tegangan pada basis Q1 dapat juga kita hitung
dari:
Untuk
menganalisa perilaku penguat untuk isyarat kecil, maka dapat dihitung penguat
tegangan pada frekuensi tengah. Rangkaiannya dapat ditunjukkan pada gambar
dibawah ini:
B.
Tegangan
Panjar Balikan
Suatu
variasi rangkaian tegangan pancar untuk penguat dengan dua transistor yang
digandengakan langsung dilukiskan pada gambar 3.1 dan 3.2 dibawah ini.
Pada rangkaian tersebut, arus panjar Q1 diambil
dari rangkaian pada emitor Q2. Misalan arus IC2 pada Q2
bertambah besar, tegangan DC pada titik a akan naik. Akibatnya, arus basis
untuk Q1 akan bertambah besar, arus kolektor IC1 pada
transistor Q1 akan bertambah besar dan tegangan DC pada kolektor C1
akan turun. Akibatnya, VBE pada transistor Q2 akan
berkurang, mempengaruhi arus kolektor IC2 pada transistor Q2,
dan tegamgan titik a kan turun. Tampak bahwa dengan tegangan panjar balikan
rangkaian akan menekannya bila karena suatu hal tegangan pada titik a
bertambah. Akibatnya dengan tegangan panjar seperti inidapat kita peroleh titik
kerja yang mantap.
C.
Pelepas
Gandengan
Pada
gambar dibawah ini, resistor R3 dan kapasitor CD dipasang
agar pengaruh tegangan isyarat pada transistor Q2 terhadap VCC
karena hambatan dalam VCC tidak masuk kedalam rangkaian Q1.
Apabila hal ini terjadi, maka dapat terjadi osilasi, yaitu keadaan dimana tanpa
isyarat masukan terjadi isyarat keluaran. Osilasi ini biasa terjadi pada daerah
frekuensi amat rendah, sehingga penguat akan menghasilkan isyarat yang
mengeluarkan bunyi sseperti perahu motor. Osilasi semacam ini disebut osilasi perahu motor. Kombinasi R3
dan CD dipilih agar mempunyai tetapan waktu R3 CD
yang amat rendah, sehingga tegangan syarat yang kembali melalui VCC
ditekan serendah mungkin. Kapasitor CD
disebut kapasitor pelepas gandengan,
yaitu melepaskan gandengan antara satu tahap dengan tahap berikutnya terhadap
pengaruh isyarat pada a`rus
dari VCC.
D. Pasangan Darlington
Karena
penguatan tergantung pada harga β , maka memproduksi transistor dengan β yang tinggi banyak memberi keuntungan.
Tetapi untuk maksud tersebut diperlukan lapisan
yang sangat tipis pada daerah basis yang akan mengakibatkan transistor mempunyai tegangan dadal (breakdown
voltage) rendah. Untuk
mencapai maksud tersebut di atas bisa dilakukan dengan menghubungkan dua transistor yang biasa disebut dengan
pasangan Darlington seperti terlihat pada gambar
di bawah ini. Pasangan transistor tersebut terdapat di pasaran dalam paket
dengan ujung-ujung kaki E’, B’ dan C’.
Jika kita berasumsi arus masukan i
seperti diperlihatkan pada gambar 14.10 dan menghitung
arus yang mengalir, akan didapat penguatan efektif β=(IC’IB’)
adalah
Pasangan Darlington sering juga
digunakan dengan arus emitor yang relative tinggi sehingga β2 relatif
kecil; jika tidak Q1 mempunyai berarus rendah sehingga β1
bisa berharga kecil. Namun demikian dengan mudah kita mendapatkan
Kita mungkin berangan-angan dapat
menghitung re dari arus emitor dari Q2. Namun demikian Q2
dikendalikan dari sumber (Q1) yang memiliki arus yang sangat rendah,
karenanya memiliki hambatan keluaran yang tinggi. Oleh sebab itu harga re
efektif pasangan Darlington diberikan oleh
Namun IE1=IE2/β2
dan juga re1=β2re2, dengan demikian harga re
efektif diberikan oleh
Transistor pasangan Darlington banyak
dimanfaatkan pada rangkaian pengikut emitor tenaga-tinggi, utamanya pada
penguat daya audio.
E.
Hubungan
npn-pnp dan pnp-npn
Suatu bentuk gandengan langsung antara dua
transistor yang sering dijumpai adalah seperti pada gambar 1.
Gambar 6.1. Penguat gandengan npn-pnp
Penguat
di atas tidak lain penguat gandengan langsung biasa seperti pada gambar 1.
Perbedaannya hanya terletak pada transistor Q2 yaitu transistor pnp.
Dioda D1 dan D2 adalah untuk penyedot arus ICO, agar
tak menyebrang sambungan basis kolektor, yang akan menyebabkan titik kerja
mudah berubah dengan suhu.
Kombinasi
pnp-npn seringkali digunakan sebagai satu transistor ini dilukiskan pada gambar
2 berikut:
Gambar 6.2. a) Kombinasi npn-pnp berfungsi sebagai
npn; b) Kombinasi pnp-npn berfungsi sebagai pnp.
Sifat
transistor gabungan ditentukan oleh macam transistor pertamanya. Misalkan
transistor pertama npn, maka kombinasi akan bersifat sebagai transistor npn
pula.
F.
Penguat
Differensial
Satu bentuk penguat
gandengan langsung yang banyak digunakan dapat dilihat pada gambar 3 yaitu
suatu bentuk penguat diferensial.
Penguat
ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Selisih tegangan isyarat antara
kedua keluaran ini sebanding dengan selisih kedua isyarat pada masukan, jika
penguatan tegangan kedua penguat sama. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
V01 = A1V1
dan V02 = A2 Vi2.
Jika A1 = A2 = AV01
–V02 = A(Vi1-V12)
Atau
Vod = A Vid dengan Vod = V01 – V02 dan Vid
= Vi1-V12
Penguatan
A juga disebut penguatan diferensial. Oleh karena itu ada dua
masukan dan dua keluaran, penguat diferensial seperti itu dikatakan mempunyai
masukan berujung dua dan keluaran berujung dua. Penguat diferensial tersebut
dikenal dengan nama penguat diferensial masukan berimbang dan keluaran
berimbang.
Gambar. 3.3 a
Penguat diferensial
|
Gambar 3.3 b.
Tegangan pada titik A tak langsung pada isyarat masukan diferensial
|
Marilah
kita tinjau perilaku penguat di atas untuk isyarat masukan diferensial
Vid = Vi1-V12.
Agar
lebih mudah dimengerti Vi2 dibuat tetap besarnya, misalnya sama
dengan nol. Rangkaian menjadi seperti gambar 4a.
Jika
Vid diperbesar, arus IE1
akan diperbesar pula. Akibatnya tegangan titik A akan naik, VBE(Q2)
akan berkurang sehingga IE2 akan berkurang. Ini berarti
Gambar 3.4. (a) penguat diferensial dengan masukan dan keluaran berimbang; (b)
rangkaian setara penguat pada (a)
iE
1
+ 1E.2 =
lE tetap besarnya.
Oleh karena VA
= iE RE
- VEE, tegangan pada titik
A
tak dipengaruhi oleh isyarat diferensial. Dengan kata lain tegangan
pada titik A mempunyai nilai tetap terhadap
isyarat diferensiaL Dapatlah
diartikan bahwa untuk isyarat diferensial, RE tak dilalui arus isyarat sehingga tidak muncul pada rangkaian setara isyarat kecil. Untuk isyarat
diferensial pada suatu penguat diferensial dengan masukan
berimbang dap keluaran berimbang
rangkaian setara adalah seperti pada gambar 5.
Dari
gambar 4 tampak bahwa hambatan masukan Ri = 2hie dan
hambatan keluaran
Penguatan
arus adalah hfe, sehingga pengaturan tegangan adalah:
Untuk 1/hoe >> Rc maka
KV, dif
adalah penguatan tegangan untuk
isyarat masukan diferensial.
dengan
Kv,di
adalah penguatan tegangan
untuk isyarat masukan diferensial.
1.
Penguat
diferensial dengan keluaran tunggal.
Seringkali kolektor
salah satu transistor dihubungkan langsung padA Vcc sehingga
berada pada tanah ac. Penguat diferensial semacam ini mempunyai keluaran tunggal dan disebut penguat diferensial dengan keluaran,
tak berimbang. Penguat semacam
ini dilukiskan pada gambar 3.5
Gambar 3.5. Penguat diferensial dengan keluaran tunggal
Rangkaian
setara penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang dilukiskan pada gambar
berikut
Gambar 3.6. Rangkaian setara
penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang.
2. Nisbah Penolakan Modus Bersama.
Misalkan
kedua masukan penguat diferensial dengan
masukan berimbang dan keluaran tak berimbang (keluaran tunggal) kita hubungkan satu dengan yang lainnya, dan
dihubungkan dengan suatu cumber
isyarat-isyarat yang bersama dihubungkan dengan kedua masukan
penguat diferensial disebut isyarat modus bersama (common
mode). Berapa besar tegangan isyarat keluaran untuk masukan modus bersama
seperti itu? Jika penguatan tegangan Q2
sama dengan penguatan Q1 yaitu A, maka tegangan isyarat keluaran ialah
V0 = A (V1-V2)
Penguatan
tegangan untuk isyarat modus bersama disebut penguatan modus bersama (ACM). Secara
ideal jelaslah penguatan modus bersama harus sama dengan nol (Ac,yr = 0). Dalam praktek ACM ≠ 0, tetapi bernilai lebih kecil
dari penguatan diferensial.
Sehubungan
dengan perilaku penguat diferensial terhadap isyarat modus bersama, prang mendefinisikan suatu besaran yang disebut nisbah penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio-CMRR), yang menyatakan bagaimana penguat menolak isyarat modus bersama. CMRR didefinisikan
sebagai nisbah penguatan diferensial terhadap penguat modus bersama atau CMRR.
Nisbah modus
bersama (CMRR) seringkali dinyatakan dalam dB, yaitu
CMRR (dB)
= 20 log A d if - 20 log A cm
CMRR (dB) = Adif
(dB) -ACM (dB).
Nilai
CMRR = 100 dB termasuk tinggi. Tak
mullah dibuat penguat diferensial dengan CMRR
sebesar ini. CMRR = 120 dB hanya dapat dicapai pads penguat diferensial hibrid, dimana komponen-komponen untuk penguat diferensial
dibuat agar mempunyai nilai yang sedekat mungkin. CMRR setinggi
ini Bering diperlukan pada panguat instrumentasi.
Agar lebih jelas,
misalkan kita mempunyai penguat diferensial dengan CMRR = -100 dB, dan Adif
= 100 = 40 dB, kits peroleh ACM
= -60 dB = 10-3. Jadi andaikan ada isyarat modus bersama dengan tegangan 10 V, misalnya oleh sebab dengung dari listrik PLN, maka pada keluarannya,
akan ada tegangan isyarat (10 V) (10-3) = 10 mV.
Untuk
membahas penguatan modus bersama digunakan penguat diferensial dengan
isyarat modus bersama. Perlu kita perhatikan bahwa untuk isyarat modus bersama, titik pertemuan emitor kedua transistor tidak lagi berperilaku sebagai tanah ac.
Rangkaian setara
untuk isyarat modus bersama ditunjukkan pada gambar 10.20
Gambar 3.7. (a) penguat diferensial dengan isyarat modus
bersama; (b) Rangkaian setara penguat (a)
3.Penguat
Gandengan Emitor.
Suatu
modifikasi terhadap penguat diferensial
adalah seperti dilukiskan pada gambar 10.22. Penguat semacam ini disebut penguat
gandengan emitor (Emitter Coupled Amplifier). Penguat ini juga dikenal sebagai penguat
diferensial dengan masukan tak
berimbang dan keluaran tak berimbang.
Penguat gandengan Or emitor ini mempunyai tanggapan frekuensi amplitudo yang lebar. Ini disebabkan karena
penguat ini dapat dipandang sebagai suatu
pengikut emitor Q1 yang dihubungkan dengan penguat basis ditampilkan Qz.
Penguat pengikut enutor Q1
mempunyai penguatan tegangan sebesar 0,5 bila kedua transistor yang digunakan identik, seperti dapat dilihat pada gambar
3.8
tak berpengaruh terhadap
kapasitansi Cil. Selanjutnya penguat Q2 membentuk penguat basis
ditanahkan dengan frekuensi potong atas
yang tinggi. Berdasarkan sifat inilah, penguat gandengan emitor digunakan-untuk penguat daerah frekuensi radio.
G. Penguat kaskoda
Suatu bentuk
penguat gandengan langsung yang dikenal sebagai penguat kaskoda dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.9 (a) Penguat kaskoda; (b) Kaskoda dilukiskan
sebagai penguat emitor bersambung dengan penguat basis ditanahkan.
Penguat
kaskoda sering digunakan sebagai penguat RF (radio frequency) untuk memperkuat
isyarat yang diterima oleh pesawat radio, televisi, ataupun aiat komunikasi
radio yang lain. Penguat kaskoda memiliki tanggapan amplituda yang amat lebar. Ini dapat dicapai karena penguat kaskoda
tak lain adalah suatu penguat emitor
ditanahkan dengan penguatan tegangan
satu, dihubungkan dengan penguat
basis ditanahkan.
01eh
karena Qr mempunyai penguatan rendah maka efek Miller tak terlalu berpengaruh terhadap kapasitansi masukan Ql . Selanjutnya
penguat Q2 adalah penguat basis ditanahkan yang mempunyai hambatan masukan rendah, sehingga frekuensi potong atas mempunyai
nilai tinggi Pada penguat frekuensi radio
orang banyak menggunakan kaskoda FLY,
seperti pada gambar 3.1010.26.
Persarnaan
(10.3) adalah persamaan garis
beban yang memberikan nilai
Vos( Q ~ untuk transistor Ql dan Q2.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ditetapkan didalam makalah
ini, maka kesimpulan yang dapat di tulis yaitu :
1.
percobaan penguat gandengan DC ini, merupakan
rangkaian dimana transistor dihubungkan secara langsung tanpa ada kapasitor
yang mengantarainya.
2.
Tegangan panjar pada suhu transistor akan mempengaruhi
tegangan panjar pada transistor yang lain, hal ini disebabkan karena kedua
transistor berhubungan langsung yaitu tanpa kapasitor penyekat DC,
Daftar
Pustaka
Sutrisno,
1985.Elektronika 2 Teori dan Penerapannya.ITB,
Bandung
Malvino,
1992, Prinsip-Prinsip Elektronik (edisi
Terjemahan),Erlangga:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar